KABARBUANA.COM - Apa sudah lama aku pinjam pundakmu, Tar?
Maaf, bajumu jadi penuh dengan ingusku, setelah ini akan ku ajak ke toko baju di depan, ya.
Maaf Tar, sekarang pukul berapa, karena ku lihat langit warnanya sudah berbeda.
Baca Juga: Babak ke-6, Alasan Berhenti: Memang Sejak Awal tidak Pernah Memiliki - Part 1
"Sudah? Apa masih mau lagi?" Tari menyodorkan tisu, kali ini bukan selembar, tapi 1 box.
"Ambil sendiri, Jangan sungkan," kenapa jadi mau ketawa ya Tar, lihat ekspresi polosmu.
Sedikit sensi, wajah polosmu ku kira sedang mengejek ketidakberdayaanku, maaf ya Tar.
Tanganku bergerak mengambil satu box tisu, tapi hanya menarik 1-2 lembar saja.
Aku rasa ini adalah tangis paling parah dan aku malu mengakuinya.
Baca Juga: AKC, Babak ke-5: Kita Kasih Nama Apa?
Setelah mengusap air mata, memandang sekeliling, lalu melirik ke arah jam.
Ohh, pantas saja, kampus sudah sepi, ternyata waktu memasuki hampir Maghrib.
"Kamu betah juga ya Kill kalau nangis," celetuk Tari sambil mengambil sikap bersiap berdiri.
Baca Juga: Cerita Bersambung, Aku, Kata, dan Cerita Kita: Babak Pertama, Perempuan yang Keras Kepala
Artikel Terkait
Cerita Bersambung, "Aku, Kata, dan Cerita Kita: Babak Pertama, Perempuan yang Keras Kepala"
AKC, Babak ke-5: Kita Kasih Nama Apa?
Alasan Berhenti: Memang Sejak Awal tidak Pernah Memiliki