KABARBUANA.COM- Arab Saudi menyatakan akan mengurangi produksi minyak yang didistribusikan secara global sebesar satu juta barel per hari (bpd). Hal ini dilakukan sebagai respon agar harga minyak dunia dapat meroket pasca sanksi negara barat terhadap invasi Rusia.
Keputusan tersebut disampaikan oleh Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman Al Saud pada Minggu (4/6/2023) waktu setempat dalam rapat Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+), atau Senin (5/6/2023) pagi waktu Indonesia.
Kerajaan Saudi menyatakan bahwa mereka akan melakukan pengurangan produksi ini pada bulan Juli untuk mendukung kenaikan harga minyak dunia yang dinilai terlalu rendah. Pasalnya, penurunan harga minyak telah dilakukan sebelumnya tapi tidak cukup untuk mendorong harga minyak dunia.
Baca Juga: Pulau Timor di NTT Diisolasi Akibat Wabah Rabies
OPEC+ merupakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, mencapai kesepakatan tentang kebijakan produksi setelah tujuh jam pembicaraan dan setuju untuk memperpanjang pengurangan pasokan sebelumnya hingga akhir tahun 2024 dengan total lebih lanjut sebesar 1,4 juta barel per hari.
Sebelumnya, lesunya harga minyak dunia disebabkan sanksi yang dilayangkan pada Rusia pasca invasi Moskow terhadap Ukraina. Negara-negara barat telah membatasi impor minyak Rusia dengan menekan harga minyak Rusia turun pada angka USD $60 per barel.
Hal ini berpengaruh besar pada penurunan harga minyak dunia, serta menyebabkan ketidakstabilan supply minyak negara-negara eksportir di bawah Rusia. Maka, keputusan Arab Saudi menjadi katalis besar dalam gejolak harga minyak dunia.
“Ini adalah hari besar bagi kami, karena kualitas perjanjian belum pernah terjadi sebelumnya,” Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan dalam konferensi pers, menambahkan bahwa target produksi baru “jauh lebih transparan dan lebih adil”. (Aljazeera, 5/6/2023)
Uni Emirat Arab memiliki kekuatan untuk mempengaruhi output.minyak pada negara-negara OPEC+, yang bahkan mampu memompa sekitar 40 persen minyak mentah dunia. Hal ini berarti keputusan kebijakannya dapat berdampak besar pada harga minyak dunia.
Sudah ada pemotongan 2 juta barel per hari yang disepakati tahun lalu oleh negara-negara OPEC+, serta sebesar 2 persen dari permintaan global.
Namun, pemotongan tersebut memberikan hanya memberikan dorongan kecil pada peningkatan harga minyak dunia. Atas hal ini, negara-negara Barat berasumsi OPEC memanipulasi harga minyak dan merusak ekonomi global melalui biaya energi yang tinggi.
Sebagai sanggahan, anggota OPEC menyatakan pencetakan uang Barat selama dekade terakhir juga telah mendorong inflasi, sehinggmemaksa negara penghasil minyak bertindak untuk mempertahankan nilai ekspor utama mereka.
Artikel Terkait
Keputusan Cawapres Anies Baswedan Ditentukan, Partai Demokrat Berharap AHY Terpilih
Bingung Cara Baca Google Maps? Ini Trik Mudah yang Bisa Membantumu Mengoptimalkan Penggunakan Aplikasi Ini
Tidak Banyak Orang Tahu! Ternyata Microsoft Office Bisa Membantumu Lebih Produktif, Loh. Ini Caranya!
Tips Fotografi: Ini Trik Mudah Mengedit Foto dengan Aplikasi Lightroom
Wajib Tahu! Ini Dia Keistimewaan Wanita di Dalam Islam
Dunia Matematika: Mengenal Keistimewaan Angka Nol, Check This Out!
Ternyata Begini Cara Liat Pesan WhatsApp yang Telah Dihapus
Sejarah Kapitalisme Barat
Zlatan Ibrahimovic Pensiun, Legenda Sepakbola yang Tak Lekang oleh Waktu
Survei Indikator Menunjukan Elektabilitas Prabowo Bersaing Ketat Dengan Ganjar dan Anies Ada Diurutan Ketiga